Skripsi : Tugas Terakhir Bagi Seorang Mahasiswa
JAKARTA - Skripsi merupakan tugas terakhir bagi seorang mahasiswa untuk dapat meraih gelar sarjana. Namun, mendengar namanya saja sering kali membuat nyali mahasiswa ciut hingga akhirnya mengulur waktu untuk mengerjakannya.
Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Siti Perdi Rahayu berpendapat, mindset tersebut harus diubah. “Jangan anggap skripsi sebagai beban, tetapi anggaplah itu sebagai misi suci untuk menyelesaikan studi,” ujar Perdi, seperti disitat dari situs UNY, Rabu (20/11/2013).
Dalam dialog jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UNY itu, para dosen pendidikan Bahasa Prancis memberikan asupan motivasi kepada mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsi berawal dari cara berkawan dengan skripsi. Di UNY, mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis dapat memulai bimbingan skripsinya setelah menempuh 100 SKS.
Itu sebabnya, Perdi menyebut mahasiswa yang semangat menyelesaikannya sebagai pejuang skripsi. “Anggap segala coretan dalam draft skripsi itu sebagai seni dan sensasi perjuangan. Tidak perlu berkecil hati,” sarannya.
Pada kesempatan tersebut, Perdi menekankan originalitas skripsi sebagai salah satu poin penting dalam “misi suci” tersebut. “Menjiplak skripsi itu menjual reputasi dan harga diri karena akan menjadi malapetaka di kemudian hari. Jadi jangan sekali-kali mengambil jalan pintas,” tegas Perdi.
Salah satu peserta, yakni Dewi Retno mengaku, kegiatan tersebut berhasil membuka pandangannya lebih luas mengenai skripsi. “Saya kini berpandangan tugas yang awalnya dipandang berat ini sebenarnya bergantung dengan apa yang kita pikirkan,” ungkap Dewi.
Tidak hanya Dewi, peserta lain yang hadir, yaitu Khomariyah merasa termotivasi dengan adanya kegiatan tersebut. “Dialog ini sungguh memotivasi. Kini, giliran saya yang menjaga semangat,” tutur Khomariyah.
Dalam dialog jurusan Pendidikan Bahasa Prancis UNY itu, para dosen pendidikan Bahasa Prancis memberikan asupan motivasi kepada mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsi berawal dari cara berkawan dengan skripsi. Di UNY, mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis dapat memulai bimbingan skripsinya setelah menempuh 100 SKS.
Itu sebabnya, Perdi menyebut mahasiswa yang semangat menyelesaikannya sebagai pejuang skripsi. “Anggap segala coretan dalam draft skripsi itu sebagai seni dan sensasi perjuangan. Tidak perlu berkecil hati,” sarannya.
Pada kesempatan tersebut, Perdi menekankan originalitas skripsi sebagai salah satu poin penting dalam “misi suci” tersebut. “Menjiplak skripsi itu menjual reputasi dan harga diri karena akan menjadi malapetaka di kemudian hari. Jadi jangan sekali-kali mengambil jalan pintas,” tegas Perdi.
Salah satu peserta, yakni Dewi Retno mengaku, kegiatan tersebut berhasil membuka pandangannya lebih luas mengenai skripsi. “Saya kini berpandangan tugas yang awalnya dipandang berat ini sebenarnya bergantung dengan apa yang kita pikirkan,” ungkap Dewi.
Tidak hanya Dewi, peserta lain yang hadir, yaitu Khomariyah merasa termotivasi dengan adanya kegiatan tersebut. “Dialog ini sungguh memotivasi. Kini, giliran saya yang menjaga semangat,” tutur Khomariyah.
0 comments :
Formulir Kontak
Popular Posts
-
Berbagai komunitas muslimah pemakai kerudung belakangan ini bermunculan bak cendawan di musim hujan. Rata-rata mereka menggunakan kata ...
-
Gambar 1. Menyambut Tamu Yang Membawa Kendaraan Gambar 2. Berdoa Untuk Kedua Mempelai Dibarisan Undangan Gambar 3. Mempelai Lak...
-
Sekarang sedang berlangsung Opening Ceremony: "MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) 1435 H" Dengan tema: "Make Our Life...
-
Oleh : Jastis Arimba Fulan (bukan nama sebenarnya), dia salah satu mahasiswa dari jutaan mahasiswa di negeri ini, sedang asik memutar...
statistics
Google Plus
Facebook
Twitter
Share this Post
Ads 1
[5][Editorial][ticker][Editorial]
Ads 2
Ads 2
Contributors
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar