Antara Idealisme dan Pengkhianatan di Tengah Aksi

Beberapa waktu ini, sering sekali didengar terjadi aksi-aksi mahasiswa menuntut agar BBM tidak naik, dengan berbagai alasan yang dijadikan sebagai sebuah landasan untuk bertindak dalam setiap aksinya. Yang paling mendapat sorotan mungkin adalah aksi sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam ARM (Aliansi Rakyat Menggugat) yang terjadi di pertigaan utara kampus UIN Sunan Kalijaga yang berakhir dengan bentrokan sebanyak 2 kali antara Mahasiswa dan pihak Kepolisian.

Dari peristiwa tersebut di atas, ada beberapa hal yang patut disayangkan, yaitu:

Pertama, Kaum Intelektual Muda. 
Sebagai sekumpulan kaum Intelektual muda dengan predikat Mahasiswa, hendaknya mengedepankan kekuatan pemikiran dan seruan pemikiran dalam menyerukan ide-idenya. Bukan dengan jalan kekerasan dan tindak anarkisme. Karena disadari atau tidak, tindak kekerasan hanya akan menjauhkan simpati dan empati masyarakat secara luas mengenai ide yang diemban. Sekalipun kebanyakan masyarakat juga berpikiran sama, yaitu menolak kenaikan harga BBM.

Kedua, Solusi Paripurna.
Dari sekian banyak solusi yang diemban oleh para mahasiswa. Bisa dikatakan sebagian besar (jika tidak boleh dikatakan seluruhnya), hanya merupakan solusi sesaat mengenai permasalahn yang terjadi. Misalnya ide yang ditawarkan oleh Abdul Khalid Boyan sebagai Presiden BEM UIN Sunan Kalijaga, yang juga bertindak sebagai koordinator aksi di pertigaan utara UIN Sunan Kalijaga Senin 19/3/2012 berupa TRITUMA (Tri Tuntutan Mahasiswa) yang terdiri dari :
1. Menolak Kenaikan harga BBM
2. Tangkap Koruptor dan sita hartanya untuk rakyat
3. Menuntut SBY-Boediono turun dari jabatan Presiden dan Wapres
(www.seruu.com)

Jika yang menjadi solusi hanya merupakan solusi parsial saja, maka peristiwa kenaikan BBM ini nantinya akan menjadi sebuah peristiwa rutinitas dalam keseharian masyarakat Indonesia karena justru penyebab dari berbagai peristiwa keterpurukan di Indonesia ini tidak diberhangus sampai dengan akar-akarnya, yaitu karena diterapkannya sistem Kapitalis-Liberal termasuk dalam penerapan kebijakan kenaikan BBM, seperti yang telah disepakati pemerintah dalam kesepakatan 21 negara APEC di Hawai. Walhasil, pemerintah dengan ngotot sangat memaksakan untuk menaikkan harga BBM, karena kebijakan ini merupakan paket kebijakan liberalisasi migas yang didektekan oleh IMF.

Dalam mengkaji suatu masalah, hendaknya jangan hanya dilihat secara parsial saja, karena kebijakan menaikkan harga BBM ini juga dipengaruhi langkah politik pemerintah untuk meliberalisasi migas dari sektor hulu hingga hilir. Setelah sebelumnya pemerintah melakukan penyamarataan derajat BUMN dengan perusahaan migas internasional seperti Shell, Petronas dll, kini pemerintah menaikkan harga BBM dalam taraf yang sebanding juga dengan perusahaan swasta asing.

Pada sisi inilah, PERTAMINA sebagai BUMN akan kehilangan daya saing bahkan dalam taraf lokal karena mindset masyarakat secara umum yang lebih memilih untuk membeli BBM di perusahaan swasta asing dengan berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah kualitas. Dengan demikian, implikasinya adalah perusahaan asing akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada perusahaan dalam negeri (di negerinya sendiri).

Pengkajian permasalahan yang mendalam hingga ke akarnya lantas akan menghasilkan sebuah solusi yang mendalam pula yang akan mengakhiri pusat dari segala masalah yang meliputi kenaikan BBM ini. Jadi tidaklah tepat jika solusi yang ditawarkan hanya sebatas ‘menolak BBM naik’, ‘menangkap koruptor’ dan ‘mengganti Presiden dan Wapres’.

Ketiga, Idealisme yang dikhianati.
Idealisme yang mendalam, lantas akan diimplementasikan dalam bentuk aksi-aksi terukur dan terarah. Dalam perjuangan untuk membebaskan rakyat secara keseluruhan, tidak bisa tidak harus dilakukan dengan berbagai aksi yang terukur dan terarah tersebut. Aksi demonstrasi mahasiswa tidak sedikit dianggap untuk menunjukkan idealisme yang masih digenggam oleh darah muda mahasiswa. Namun, tidak jarang juga aksi ini kemudian dilakukan dengan tanpa arah yang jelas, sehingga melahirkan sebuah perjuangan yang justru kontraproduktif dari tujuan yang diemban oleh organisasi.

Aksi anarkisme dan kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa misalnya. Tidak jarang diartikan sebagai sebuah idealisme itu, namun apakah benar aksi demikian dikatakan terarah? Sehingga menghasilkan berbagai dukungan untuk melakukan perubahan ke arah yang diinginkan? Saya rasa tidak, idealisme itu telah dikhianati. Idealisme itu telah dikhianati justru oleh orang-orang yang dikatakan sebagai dewa pelindung idealisme tersebut demi kepentingan sesaat. Sesaat kemudian ketika keinginan terpenuhi dan rezim terganti, sesaat kemudian pula idealisme itu musnah.

Dalam menentukan idealisme yang hakiki, tidak bisa tidak harus dilakukan sebuah pencarian hingga mencapai derajat keyakinan yang mendalam. Nah, yang menjadi permasalahannya adalah “Benarkah idealisme yang diemban itu kemudian akan terwujud sebagai sebuah aturan yang mensejahterakan seperti yang digembar-gemborkan saat aksi? atau hanya menjadi gincu pemanis, demi alasan penolakan terhadap kemapanan status quo?”

Selanjutnya, jika hal demikian layak untuk disayangkan; maka menghindari pemikiran pragmatis di atas adalah pilihan yang bijak dalam menentukan arah perjuangan pembebasan rakyat yang hakiki. Hal ini nampaknya harus dimulai dengan pemahaman ideologi yang membentuk idealisme mahasiswa. Jika disadari bahwa ideologi yang berkuasa adalah Kapitalisme, jangan pernah hanya menjustifikasi bahwa yang dapat melawan ideologi ini hanya Sosialisme saja…!!!

Islam-pun sebuah ideologi yang berniat melakukan sebuah pembebasan rakyat, betapa tidak? Islam memaparkan sebuah sistem ekonomi yang yang mengatur urusan masyarakat dan BBM. Lebih dari itu, Islam datang dari sumber kebenaran sejati, yaitu Al-Khaliq yang layak untuk menetapkan hukum. Dari sanalah didapati sebuah kepahaman mengenai Islam sebagai sebuah Ideologi yang memang layak diperjuangkan dengan segenap idealisme anak muda-darah merah anak muda. Dengan kesadaran yang mendalam inilah, lantas perjuangan tidak akan terkhianati dengan niat sesaat para senior. Di sisi lain, arah tujuan perjuangan ini menjadi jelas, sehingga jika ada orang-orang yang berniat untuk mengotori perjuangan maka dia akan terdepak dengan sendirinya dari organisasi karena perjuangan pembebasan rakyat dari keterpurukan ini tidak layak untuk dinilai dengan materi…!!!

Karena perjuangan pembebasan rakyat merupakan wujud keimanan agar Syariat Islam diterapakan dalam sendi-sendi kehidupan; jadi terlalu naif bagi para pejuangnya untuk melihat materi yang didapat padahal Allah SWT telah menjanjikan berlipat pahala dalam perjuangan suci ini. Dari Ideologi Islam pulalah, akan di break down berbagai aturan dan solusi untuk menyelesaikan problematika yang tercipta di lingkungan. Ingin disadari atau tidak, ingin dipercaya atau tidak; hanya ideologi Islam-lah yang akan melahirkan solusi hakiki yang menyelesaikan permasalahan dari akarnya, bukan menambah masalah.

Terakhir, tidak pantas bagi para pejuang Ideologi menawarkan solusinya dengan kekerasan, karena justru akan menjauhkan dukungan rakyat terhadapnya. Sudah saatnya mengakhiri pembodohan akan idealisme Mahasiswa, jadi beralihlah menggenggam Islam sebagai Ideologi. Pilihannya hanya bersiap menggenggam Islam sebagai Ideologi atau merasa terkhianati dan menjadi penerus kacung Kapitalis selanjutnya. Wallahu A’lam Bish Shawab.[]

Oleh : Rasyid Ichsani (Humas GEMA Pembebasan UIN Sunan Kalijaga)

0 comments :

Posting Komentar

Cancel Reply