IPK Tinggi Tak Cukup untuk Bisa Sukses
JAKARTA - Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukan lagi
satu-satunya ukuran yang menjamin kesuksesan seseorang di dunia kerja.
Nilai akademis yang baik akan menjadi paket lengkap meraih kesuksesan
jika ditambah dengan kerja keras yang dilakukan sepenuh hati.
Pendapat
tersebut disampaikan Ketua Ombudsman Danang Girindrawardana di hadapan
para calon wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Jebolan
Ilmu Komunikasi Fisipol UGM itu mengingatkan, IPK tinggi tidak menjamin
seseorang meraih keberhasilan.
IPK tinggi, lanjutnya, hanya
menjadi salah satu kunci pintu masuk kesuksesan. "Apapun pilihan anda,
jika tanpa memaximumkan diri tentu tidak akan berhasil. Karena
keberhasilan lebih ditentukan tindakan sesorang dengan sepenuh hati dan
sepenuh aksi," kata Danang, seperti dinukil dari laman UGM, Minggu (17/11/2013).
Sementara
itu, pembicara lainnya, yakni Pimpinan Yayasan Ani-ani Jewellery Budi
Utomo mengungkap, keberhasilan bisa dilihat ketika sebuah profesi bisa
menghidupi diri sendiri sekaligus menghidupi orang lain. Sementara
pengalaman panjang, tambahnya, bisa mengantar seseorang pada pemahaman
apa yang sebenarnya diinginkan selama ini.
Pada kesempatan itu,
Pengelola Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Sleman tersebut juga berbagi
pengalaman dalam menjalankan sebuah bisnis. Menurut Budi, perencanaan
dan riset-riset pasar penting dilakukan bagi calon pebisnis muda. Karena
pasar pun terkadang tidak tahu apa yang dibutuhkan.
Oleh karena
itu, kata Budi, para pebisnis muda harus jeli dalam melihat kesempatan
dan tidak mudah putus asa. "Inilah yang membutuhkan kejelian kita dan
ditolak diawal-awal itu sudah biasa," tutur Budi.
Budi bercerita,
pengenalan terhadap dunia kerajinan dan UMKM didapat saat bekerja pada
perusahaan handycraft milik pengusaha Belanda di Bali. Merasa bosan
dengan aturan-aturan, sistem, jadwal ketat dan lain-lain, Budi pun
memutuskan mandiri dan membuka usaha sendiri.
"Karenanya proses
kreatif dimulai. Dunia pernak pernik cukup menantang dan saya teringat
sejak kecil terbiasa bikin pensil sendiri, menghias kamar, dan
lain-lain. Itu semua dimulai pada 2006 sejak saya kembali ke
Yogyakarta," tutupnya.
0 comments :
Formulir Kontak
Popular Posts
-
Berbagai komunitas muslimah pemakai kerudung belakangan ini bermunculan bak cendawan di musim hujan. Rata-rata mereka menggunakan kata ...
-
Gambar 1. Menyambut Tamu Yang Membawa Kendaraan Gambar 2. Berdoa Untuk Kedua Mempelai Dibarisan Undangan Gambar 3. Mempelai Lak...
-
Sekarang sedang berlangsung Opening Ceremony: "MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) 1435 H" Dengan tema: "Make Our Life...
-
Oleh : Jastis Arimba Fulan (bukan nama sebenarnya), dia salah satu mahasiswa dari jutaan mahasiswa di negeri ini, sedang asik memutar...
statistics
Google Plus
Facebook
Twitter
Share this Post
Ads 1
[5][Editorial][ticker][Editorial]
Ads 2
Ads 2
Contributors
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar